BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kegiatan yang mengarah kepada filsafat seringkali masih dijauhi oleh masyarakat kita, bahkan sekalipun sekaliber masyarakat kampus. Vonis “berat”, “susah” dan “tidak komersial” sering muncul ketika berbenturan dengan filsafat. Padahal substansi suatu ilmu tidak bisa dilepaskan dari kegiatan berfilsafat. Hal itu ditambah lagi dengan adanya kesan umum bahwa orang yang menekuni filsafat akan menjadi pribadi yang rasionalis, secular, dan jauh dari syareat.
Dalam kitab mulia Al-Qur’an, kita menemukan nash yang antara lain menyebutkan: Afala ta`qilun, Afala tatafakkarun, Afala tubshirun, dan sejenisnya. Redaksi ayat seperti itu jelas mengarah kepada bagaimana cara mendorong terjadinya upaya peningkatan kualitas berpikir.
Islam sebagai agama yang tibyanan likulli syaik (penjelas segala sesuatu), pastilah mencakup segala disiplin ilmu termasuk ilmu filsafat. Banyak tokoh-tokoh islam yang berkontribusi positif dalam cabang ilmu ini. Islam banyak melahirkan tokoh-tokoh filsafat semisal Al-Kindi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan Ahmad Bin Hanbal. Sehingga doktrin yang menyatakan islam anti dengan filsafat tidaklah benar. Selama filsafat tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran islam, maka hal tersebut tidaklah mengapa.
- RumusanMasalah
- Apa urgensi filsafat dalam islam?
- Bagaimana peta filsafat abad pertengahan?
- Bagaimana biografi beberapa filosof muslim: Al-Kindi, Ibnu Rusyd dan Ahmad bin Hanbal dan apa sumbangan pemikiran mereka?
- Tujuan Pembahasan
- Mengetahui urgensi filsafat islam dalam kehidupan.
- Mengetahui peta filsafat abad pertengahan.
- Mengetahui biografi ringkas beberapa filosof muslim: Al-Kindi, Ibnu Rusyd dan Ahmad bin Hanbal dan sumbangan pemikiran mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pentingnya Filsafat Dalam Islam
Manfaat filsafat dalam islam sangatlah besar antara lain untuk mengasah daya kritis dan analitis. Sehingga mampu keluar dari fanatik buta. Misalnya ada yang ngomong politik itu kotor. Dengan belajar filsafat, kita tidak akan terima begitu saja. Kita akan teliti secara jernih dan mendalam. Tentu saja ditopang disiplin ilmu terkait seutuhnya.
Orang belajar filsafat akan terus mengejar dengan pertanyaan mengapa. Ia ingin tahu tidak hanya apa dan bagaimana tetapi mengapa suatu perkara atau fenomena itu muncul. Jadi, orang yang memahami filsafat tidak mudah termakan rayuan iklan.
Bagi seorang Muslim, belajar filsafat itu punya dua fungsi:
Pertama, membenarkan yang benar (ihqaq al-haqq).
Kedua, membatalkan yang batil (ibthal al-bathil). Dan kebenaran yang dimaksud itu terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Sehingga dengan belajar Filsafat juga dapat mengokohkan kebenaran sekaligus menghapus keraguan.
- Peta Filsafat Abad Pertengahan
Pada abad ke-VIII M, bangsa Arab menempati pos-pos strategis dalam berbagai bidang, dengan membentuk militerisasi di kalangan keluarga kerajaan. Disamping itu, perhatian terhadap ilmu pengetahuan telah meninggalkan bekas yang positif bagi kalangan non-Arab.
Dukungan positif lain yang menyebabkan dorongan mencari ilmu pengetahuan adalah stiqma yang telah menyebar ketika itu bahwa “Orang yang meninggalkan rumahnya untuk mencari ilmu, berarti ia berada dijalan Tuhan”. Hal ini berspiritkan hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- yang berbunyi :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki dan perempuan)”.
Juga sabda Nabi yang berbunyi
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju Surga”.
Selain itu ada faktor lainnya yaitu,
- Gerakan Penterjemahan
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua, berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan. Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac (Bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia) kemudian baru diterjemahkan kedalam bahasa arab.
Jadi sangat jelas pada masa ini terutama pada masa fase kedua abad pertengahan islam berperan aktif dalam mengembangkan ilmu filsafat.
- Berdirinya Perpusatakaan-Perpustakaan
Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan kebudayaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang hukum. Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i. sedangkan dalam tasawuf atau mistisisme : Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj. Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Maskawaih. Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.
Dari sinilah, sejarah awal berkembangnya para filosof muslim Arab abad pertengahan, penyebar kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan. Semisal : Al-Kindi, Ibnu Miskawaih, Al-Hazen dan Ibnu Sina para penganut Neoplatonisme Aristotelian dari Timur. Kontribusi positif juga muncul dari Muslim di Barat seperti Ibnu Bajjah, Abu Bakar dan Ibnu Rusyd. Bangsa Arab membawa kontribusi intelektual yang luar biasa ke Timur, baik yang orisinal maupun adopsi dari Yunani. Kontribusi langsung mereka adalah Averoisme (para penganut pemikiran Ibnu Rusyd). Bahkan aliran ini berpengaruh di dunia Kristen ketika Albertus Magnus dan Thomas Aquinas berusaha memadukan pemikiran Arab dengan dogma-dogma agama.
- Beberapa Tokoh Filosof Muslim Dan Sumbangan Pemikirannya
Islam secara nyata menyumbangkan sumbangan yang besar di dunia perfilsafatan. Hal ini terbukti dengan bermunculannya filosof muslim dengan filosofinya di dunia islam. Diantaranya adalah:
- Al-Kindi
- biografi ringkas
Al-Kindi (185 H/801 M – 260 H/873 M) adalah filosof muslim pertama. Sebagai muslim Arab pertama yang mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat , Al-Kindi patut disebut “Ahli Filsafat Arab”.
Nama lengkap Al-Kindi adalah: Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail Al-Kindi putra gubernur Kuffah selama kekhalifahan Abbasiyah Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-Kindi banyak menerjemahkan karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab. Ia juga memperbaiki beberapa terjemahan bahasa Arab, seperti terjemahan Enneads-nya Plotinus oleh Al-Himsi, yang sampai kepada orang-orang Arab sebagai salah satu karya Aristoteles.
- Filsafatnya
Menurut Al-Kindi, filsafat hendaknya diterima sebagai bagian dari kebudayaan islam. Berdasarkan ini, para sejarawan Arab awal menyebutknya “Filosof Arab”. Memang gagasan-gagasannya itu berasal dari Aristotelianisme Neo-Platonis, namun juga benar bahwa ia meletakkan gagasan-gagasan itu dalam konteks baru.
Suatu pengetahuan memadai dan meyakinkan tentang Tuhan merupakan tujuan akhir filsafat. Filsafat, sebagaimana namanya, merupakan kajian Yunani. Karena itu, Al-Kindi berupaya keras menyodorkan filsafat Yunani kepada orang-orang Arab. Dalam tafsiran Theon tentang Almagest-nya Ptolomeus, Tuhan digambarkan sebagai sifat tetap, tunggal, gaib, dan penyebab sejati gerak. Dalam Al-Sina’at Al-‘Uzma, Al-Kindi memaparkan sendiri gagasan serupa. Ia berkata: “Karena Allah, Maha terpuji Dialah penyebab gerak ini, Ia adalah Yang abadi (Qadim). Ia tunggal sehingga tak dapat dipecah-pecah lagi menjadi lebih tunggal dan Ia tak terlihat, karena Ia tak tersusun, dan tidak ada susunan baginya, tetapi sesungguhnya Ia terpisah dari segala yang dapat dilihat, karena Ia adalah penyebab gerak segala yang dapat dilihat. Dari sini jelas bahwa filsafat yang beliau utarakan sangat relevan dengan ajaran islam yang menyatakan ke-Esaan Tuhan dan terpisahnya Dzat Tuhan dari makhluknya.
- Filsafat Al-Kindi tentang kefanaan dunia
Al-Kindi menyebutkan empat teori yang membuktikan keterbataan dunia:
- Dua besaran yang sama disebut sama, bila yang satu tak lebih besar daripada yang lain.
- Bila satu besaran ditambahkan pada salah satu dari dua besaran yang sama tersebut, maka keduanya akan menjadi tak sama.
- Dua besaran yang sama tak bisa menjadi tak terbatas, bila yang satu lebih kecil daripada yang lain, karena yang lebih kecil mengukur yang lebih besar atau sebagian darinya.
- Jumlah dua besaran yang sama, karena masing-masing terbatas, adalah terbatas.
Dengan ketentuan ini, maka setiap benda terdiri atas materi dan bentuk yang terbatas ruang dan bergerak di dalam waktu adalah terbatas meski benda tersebut adalah wujud dunia. Dan karena terbatas, maka tidak kekal. Hanya Allahlah yang kekal. Hal ini selaras dengan firman Allah,
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ
“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya” [Q.S. Al-Qoshos:88]
Selanjutnya Al-Kindi mengingatkan para cendikiawan bahwa pemahaman tergantung pada latar belakang. Al-Kindi juga memperkenalkan sistem psikologi yang dikembangkan oleh para penganut Neo-Platonis, yang disebarkan oleh mahasiswa filsafat Syiria, dan dilanjutkan oleh para penerusnya.
Sumbangan Al-Kindi kepada dunia berkaitan dengan ilmu filsafat begitu nyata. Hal itu terbukti dengan banyak diterjemahkan karya beliau kedalam bahasa latin dengan judul: De Medicinarum Compositarum Gradibus, De Intellectu, De Sommo et uisione dll.
- Ibn Rusyd
- biografi ringkas
beliau adalah Abu Al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd. Ia dilahirkan di Cordova pada tahun 520 H/1126 M. Keluarganya terkenal alim dalam ilmu fiqh. Ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala pengadilan di Andalusia. Latar belakang keagamaan inilah yang memberinya kesempatan meraih kedudukan yang tinggi dalam studi-studi keislaman. Al-Qur’an beserta penafsirannya, Hadits Nabi, Ilmu Fiqh, bahasa dan sastra Arab dipelajarinya secara lisan dari seorang ahli (alim). Ia merevisi buku Malikiah, Al-Muwatta, yang dipelajarinya bersama ayahnya Abu Al-Qosim dan dihapalkannya.
- Filsafatnya
Ibnu Rusyd membuktikan eksistensi Tuhan menggunakan dua prinsip:
Pertama: bahwa semua kemaujudan (yang ada) sesuai dengan kemaujudan manusia.
Kedua: bahwa kesesuaian ini dikarenakan oleh penyebab yang berkehendak berbuat demikian. Sebab kesesuaian tidak terjadi dengan sendirinya. Segala sesuatu diciptakan untuk kepentingan manusia: bintang-bintang bersinar di malam hari agar bisa menjadi penuntun manusia, anggota-anggota tubuh sesuai dengan kehidupan dan eksistensinya. Hal ini selaras dengan firman Allah,
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ () وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri.Maka apakah kamu tiada memperhatikan”. [QS. Adz Dzariyat:20-21]
Lebih lanjut Ibnu Rusyd menjelaskan tentang ke-Esaan Tuhan dengan filosofinya, bahwa keteraturan alam semesta menunjukkan pencipta dan pengaturnya satu. Apa yang akan terjadi kalau Tuhan lebih dari satu? Dunia akan hancur, satu tuhan akan berupaya mengungguli yang lain-Nya, satu dengan yang lain akan saling menggulingkan kekuasaan Tuhan yang lain.
Hal ini sesuai dengan firman Allah,
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah (yang lain) beserta-Nya, kalau ada ilah beserta-Nya, masing-masing ilah itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” [QS. Al Mukminun:91]
Dari sini jelas bahwa Ibnu Rusyd sangat besar kontribusi positifnya dalam bidang filsafat utamanya untuk membantah kaum ateisme ataupun politeisme.
- Ahmad bin Hambal
- Biografi ringkasnya
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim.
Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur- tahun 164 H.Ayah beliau, Muhammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, ketika beliau baru berumur tiga tahun.
- Filsafatnya
Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang ulama yang beraliran filosofi tekstualisme, dalam filosofis beliau, semua dalil Al-Qura’an dan As-Sunnah berkenaan dengan Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya harus diyakini apa adanya (tekstual) tidak boleh di takwil atau dipahami dengan akal semata. Beliau mengatakan :
صفوا الله بما وصف به نفسه، وانفُوا عن الله ما نفاه عن نفسه
“Sifatilah Alloh dengan sifat yang diberikan-Nya kepada diri-Nya, dan nafikanlah dari Alloh, apa yang dinafikan-Nya dari diri-Nya”.
Hal ini senada dengan perkataan guru beliau imam Syafi’i yang mengatakan,
آمنتُ باللهِ ، وبما جاءَ عن اللهِ على مرادِ اللهِ ، وآمنتُ برسول الله وبما جاء عن رسولِ اللهِ على مُراد رَسُولِ الله
“Aku beriman dengan Allah dan dengan apa yang datang dari Allah, sesuai menurut maksud Allah. Serta aku beriman dengan Rasulullah dan dengan apa yang datang dari Rasulullah, sesuai menurut maksud Rasulullah”.
Beliau berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk yang diciptakan, beliau berdalihkan dengan,
- Al-Qur’an itu Kalamullah (Firman/Ucapan Allah), sedangkan sesuatu yang dinamakan ucapan/kalam itu adalah sifat dari pengucap, yang tidak terpisah dari diri pengucap. Jadi Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah itu tidaklah sesuatu yang terpisah dari diri Allah dan bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri seperti makhluk, namun yang benar Al-Qur’an itu adalah sifat Allah, maksudnya Dialah yang berfirman dengannya (yang mengucapkannya), sehingga tidak terpisah dari diri Allah dan bukan makhluk.
- Jika seandainya dikatakan Al-Qur’an itu makhluk, maka berarti hanyalah sekedar suatu makhluk berwujud tertentu (seperti benda tertentu) yang tidak memiliki makna perintah, larangan, hukum syari’at dan khabar (berita). Jadi seandainya dikatakan Al-Qur’an itu makhluk, maka tidaklah berfungsi sebagai hudallinnaas (petunjuk bagi manusia), karena sekedar seperti benda tertentu.
BAB III
KESIMPULAN
- Bagi seorang Muslim, belajar filsafat itu punya dua fungsi: Pertama, membenarkan yang benar (ihqaq al-haqq). Kedua, membatalkan yang batil (ibthal al-bathil). Selain itu sebagai pengokoh kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah - shallallahu ‘alaihi wasallam-.
- Pada abad pertengahan kaum muslimin sangat antusias dalam menuntut ilmu, baik agama IPTEK, termasuk di dalamnya ilmu filsafat. Hal ini karena tingginya semangat menuntut ilmu tersebut berspirit dari hadits-hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-, kemudian didukung dengan faktor lain seperti gerakan penerjemahan buku-buku barat dan dibangunnya perpustakaan-perpustakaan sebagai pusat perkembangan ilmu.
- Beberapa tokoh filsafat yang terkenal adalah:
- Al-Kindi sebagai bapak filsafat pertama, beliau menfilsafatkan tentang ke-Esaan Tuhan dan kefanaan selain-Nya.
- berikutnya adalah Ibnu Rusyd, tokoh muslim asal Andalus ini berhasil mengkonsepkan ke-Esaan Tuhan serta membantah dua kelompok: ateisme dan politeisme dengan filsafatnya.
- Dan yang ketiga adalah imam Ahmad bin Hanbal. Beliau berpaham tekstualisme dalam filosofi yang berkaitan dengan Dzat dan sifat-sifat Allah. Beliau juga berhasil membuktikan dengan falsafahnya bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk yang diciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya, Mushaf Hilal Al-Fatih, Pustaka Al-Fatih, Jakarta: 2009.
Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Beirut : Dar Al Fikr, __, juz 1.
Abdul Baqi, Al-‘Ain Wa Al-Atsar fi ‘Aqoid Ahli Al-Atsar, Damaskus : Dar Al Makmun li At Turots, 1987.
Tedd D. Beavers, Paradigma Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Riora Cipta, 2001.
M. M. Syarif, Para Filosof Muslim, Bandung : Mizan, 1993.
http://musliadiuhamka.blogspot.co.id/2011/08/filsafat-islam.html
https://muslim.or.id/25140-al-quran-kalamullah-dan-bukan-makhluk-3.html.
https://addariny.wordpress.com/2009/11/10/akidah-imam-ahmad-bin-hambal-rohimahulloh/, tanggal akses 15 Januari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar