Senin, 25 Januari 2016

STUDI FILSAFAT ISLAM “ EMPERISISME DAN PEMIKIRAN BACON, JHON LOCKE DAN DAVID HUME “

MAKALAH STUDI FILSAFAT ISLAM
“ EMPERISISME DAN PEMIKIRAN BACON, JHON LOCKE DAN DAVID HUME “


DOSEN PEMBIMBING : Prof. DR. H. Maragustam Siregar, M.A.

Disusun oleh :
  1. ACHMAD ARIFIN                NIM : 15.MPI. 074
  2. AGUNG SULISTIYO NUGROHO        NIM : 15.MPI. 075



Program Pasca Sarjana Pendidikan Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta
2016
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk multi disipliner memiliki berbagai macam sumber pengetahuan pada dirinya. Salah satu paham yang memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham empirisisme. Empirisisme merupakan paham yang mencoba memaparkan dan menjelaskan bahwa, sumber pengetahuan manusia itu adalah pengalaman.
Paham empiris ini dikemukakan oleh beberapa pakar filsafat diantaranya, Francis Bacon, John Locke, David Hume.
Ilmu-ilmu empiris berpedoman bahwa bahan-bahan sesuatu yang dinyatakan sebagai hasil atau fakta haruslah sesuatu yang dapat diamati dengan berbagai cara. Karena sumber paham ini adalah pengalaman maka paham ini menjadi menu keseharian masyarakat. Hal itu menjadikan kajian tentang paham ini menjadi urgen untuk dikedepankan.








  1. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Empirisisme?
  2. Apa ide pokok dari filsafat empirisisme?
  3. Apakah pemikiran tokoh empirisisme Francis Bacon, John Locke, David Hume?
  4. Apakah contoh penerapan paham empirisisme?
  1. Tujuan pembahasan
  1. Mengetahui devinisi Empirisisme.
  2. Mengetahui ide pokok filsafat empirisisme.
  3. Mengetahui pemikiran pemikiran tokoh empirisisme : Francis Bacon, John Locke, David Hume.
  4. Mengetahui beberapa contoh penerapan paham empirisisme dalam kehidupan.










BAB II
PEMBAHASAN

      1. Devinisi Empirisisme
Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisisme diambil dari bahasa Yunani emperia yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisisme adalah lawan dari rasionalisme.
Empirisisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Dengan empirisisme inilah aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat. Empirisisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisisme hanya sampai pada konsep-konsep yang umum. Konsep itu belum operasional, karena belum terukur. Jadi singkatnya “pengetahuan diperoleh dengan perantara indra.”
      1. Ide Pokok Filsafat Empirisisme
Empirisisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata, untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi pengalaman.
Ilmu-ilmu empiris ini memperoleh bahan-bahan untuk sesuatu yang dinyatakan sebagai hasil atau fakta dari sesuatu yang dapat diamati dengan berbagai cara. Bahan-bahan ini terlebih dahulu harus disaring, diselidiki, dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi, didaftar, dan diklasifikasikan secara ilmiah.
Salah satu cara Golongan empirisisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah berikut. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?” Maka, seseorang empirisisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.
Seorang empirisis biasanya berpendapat bahwa kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Sifat yang menonjol dari jawaban ini dapat dilihat bila kita memperhatikan pertanyaan seperti, “Bagaimana orang mengetahui es membeku?”, jawaban kita tentu berbunyi, “karena saya melihatnya demikian,” atau “karena seorang ilmuan melihatnya demikian.” Dengan begitu, dapat dibedakan dua macam unsur : pertama, unsur yang mengetahui dan kedua, unsur yang diketahui. Orang yang mengetahui merupakan subjek yang memperoleh pengetahuan dan dikenal dengan perkataan yang menunjukkan seseorang atau suatu kemampuan.
Adapun ajaran-ajaran pokok dari empirisisme, yaitu:
  1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
  2. Inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
  3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
  4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
  5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.

      1. Pemikiran Tokoh Empirisisme
  1. Sir Francis Bacon (1561 – 1626)
Sir Francis Bacon, Viscount St Alban pertama (lahir 22 Januari 1561, wafat 9 April 1626) adalah seorang filisuf, negarawan dan penulis Inggris. Ia dikenal sebagai pencetus pemikiran empirisisme yang mendasari sains hingga saat ini. Tulisan dan pemikirannya mempengaruhi metodologi sains yang menitik beratkan pada eksperimen yang dikenal juga sebagai "Metode Bacon".
Francis Bacon terkenal sebagai pelopor empirisisme Inggris, namun bukan berarti ia ateis. Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi, bukan dicampur sebagaimana skolatisme. Urusan teologi hanya bisa diketahui oleh wahyu, sedangkan filsafat hanya pada akal semata, karena itulah dia termasuk pendukung dokrin ‘kebenaran ganda’ yakni akal dan wahyu.
Francis Bacon mengalami banyak keresahan dan kegelisahan menyikapi situasi dimana dia hidup pada saat itu. Satu antaranya adalah berkembang klaim dikhotomik gereja antara studi agama dan studi alam, bahkan adanya konflik yang serius. Gereja menyatakan ilmu pengetahuan adalah jalan menuju neraka. Bukan hanya itu, Bacon juga melihat nyaris semua orang memiliki kwalitas rendah intelektual, sehingga wajar kalau gereja menyatakan tidak semua orang layak untuk menyentuh kitab Injil yang suci. Ditambah lagi, Bacon melihat bahwa kebenaran ilmu penuh dengan penuh dengan keragu-raguan, karena banyak wacana ilmu yang berkembang hanyalah dogmatisme belaka, diimbangi dengan adanya tradisi hermetik dan skolastisisme dimana-mana, makin sempurnalah kerisauan filosof ini. Terhadap kerisauan ini Francis Bacon mencoba memberikan gagasan baru dalam memberikan peribahan terhadap keadaan dimana ia hidup pada saat itu, tertuang dalam karya-karyanya. Karya tulis Bacon yang paling terkenal adalah The Advancement of Learning, New Atlantis, dan Novum Organum. Secara umum pandangan Bacon bisa dikatakan praktis, konkret dan utilitaris. Bagi Bacon, untuk mengenal sifat-sifat segala sesuatu perlu penelitian yang empiris. Pengalamanlah yang menjadi dasar pengetahuan. Apa yang diungkapkan Plato menjadi semboyan Bacon, pengetahuan adalah kekuasaan (knowledge is power). Menguasai kekuatan-kekuatan alam dengan penemuan dan penciptaan ilmiah. Dengan demikian Bacon menginginkan bawah ilmu pengetahuan haruslah diupayakan untuk memanfaatkan alam guna kepentingan kelancaran hidup manusia, melalui penemuan sains. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan beralih pada metode induksi.
  1. John Locke (1932-1704)
Ia dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia.
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation (yang dimaksud dengan sensation di sini adalah Pengalaman lahiriah) dan reflection (yang dimaksud dengan sensation di sini adalah Pengalaman batiniyah). Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intutif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian ? Karena jiwa manusia di saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa yang kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada sesuatu jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.
Kedua sumber pengalaman (sensation dan reflection –pen) ini menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Ruh manusia bersifat sama sekali pasif dalam menerima ide-ide tersebut. Namun demikian, ruh mempunyai aktivitas juga, karena dengan menggunakan ide-ide tunggal sebagai batu bangunan, ruh manusia dapat membentuk ide majmuk (complex ideas) misalnya ide substansi. Locke kemudian menyatakan bahwa dunia luar memang ada substansi, tetapi tidak hanya mengenal ciri-cirinya saja.
Menurut John Locke ada tiga jenis pengetahuan yaitu:
  1. Pengetahuan intuitif, misalnya pengetahuan tentang keberadaan kita, pengetahuan bahwa kita berfikir; pengetahuan bahwa suara itu bukanlah warna.
  2. Pengetahuan demenstratif; misalnya pengetahuan tentang keberadaaan Tuhan, pengetahuan tentang asas-asas moral, pengetahuan matematik.
  3. Pengetahuan sensitif; misalnya pengetahuan tentang hal khusus.
        • John Locke Menolak Keberadaan Innate Idea
John Locke adalah orang yang menolak keberadaan innate idea yang digagas oleh Descartes. John Locke berargumen
  1. Dari jalan masuknya pengetahuan, kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti distempelkan pada jiwa manusia, dan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu pengertian asli.
  2. Persetujuan umum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang innate idea itu sebagai daya yang inhern. Argumen ini ditarik dari persetujuan umum. Bagaimana kita akan mengatakan innate idea itu ada padahal umum tidak mengakui adanya.
  3. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
  4. Apa innate idea itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
  5. Tidak juga dicetakkan/distempelkan pada jiwa sebab pada anak idiot, idea yang innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan anak idiot sama-sama berpikir.
  1. David Hume (1711 – 1776)
David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25 Agustus 1776 pada umur 65 tahun) adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan.
David hume merupakan penganut Skeptiosme. Aliran ini meyakini bahwa tuhan tidak dapat diketahui. Manusia mempunyai pikiran yang terbatas untuk mengenal Tuhan yang mutlak dan tak terbatas. David Hume menolak kegaiban berupa mukjizat dalam Kristen. Kegaiban merupakan pelanggaran hukum alam sehingga perlu bukti empirik.
Menurut David Hume pengetahuan berasal dari:
  1. Impressions: pengetahuan yang langsung lewat pengindraan yang menjadi isi kesadaran.
  2. Ideas: salinan-salinan yang kabur dari impress yang dibagi menjadi simple ideas; setiap ide sederhana adalah salinan dari imprest yang berhubungan dan complex ideas: idea-idea sederhana yang dikombinasikan kembali dan diatur menjadi kombinasi baru.
David Hume mengajukan tiga argumen untuk menganalisis sesuatu:
    1. Ada ide tentang sebab akibat (kausalitas); suatu kejadian disebabkan kejadian lain. Dari argumen kausalitas ini muncullah apa yang oleh Hume disebut the strongest connections (hubungan terkuat) antara pengalaman kita dan the cement of univers yang merupakan kausalitas universal. Kausalitas universal ialah hukum yang mengatakan bahwa setiap kejadian pasti mempunyai penyebab, kalau mobil mogok kita periksa karburator, sistem listriknya, dan lain-lain. Akan tetapi, ada kalanya penyebab itu tidak diketahui. Kita hanya tahu bahwa sebab itu pasti ada, tapi apa penyebabnya itu kita tidak tahu. Ini terjadi biasanya karena penyebab tersebut amat komplek.
    2. Karena kita mempercayai kausalitas dan penerapannya universal, kita dapat memperkirakan masa lalu dan masa depan kejadian. Untuk melakukan peramalan itu kita mesti mempercayai observasi kita tentang kejadian sekarang serta relevansinya dengan masa lalu dan masa depan agar kita berani menggeneralisasi pengalaman itu.
    3. Dunia luar itu memang ada, yaitu dunia yang bebas dari pengalaman kita. Dunia itu ada sekalipun kita tidak memiliki kesan dan idea tentangnya.
Menurut Hume, semua objek pemikiran manusia secara alamiah dapat dibagi dua, yaitu relation of idea dan matter of fact.
    1. Yang dimaksud dengan relation of idea adalah pengetahuan yang jelas dengan sendirinya secara akan maupun secara intuitif seperti pada geometri, aljabar, dan aritmatika. Tiga kali lima sama dengan lima belas adalah hubungan antar jumlah. Proposisi jenis ini cukup diperoleh dengan operasi pemikiran tanpa bergantung pada ada atau tidaknya bukti di lapangan.
    2. Yang dimaksud dengan matter of fact ialah pengetahuan yang tidak terbukti kebenarannya maupun kepalsuannya seperti pernyataan matahari akan terbit besok atau matahari tidak akan terbit besok. Kedua-duanya tidak dapat dibuktikan. Pengetahuan tentang matter of fact kelihatannya ditemukan berdasarkan tilikan terhadap hukum sebab-akibat.
      1. Penerapan Paham Empirisme Dalam Kehidupan
Kebanyakan masyarakat dalam memperoleh pengetahuan, cenderung berdasarkan filsafat imperisisme. Karena memang itulah yang sangat mungkin mereka lakukan. Dalam praktek keseharian kita jumpai banyak sekali contoh-contoh penerapan paham empirisisme ini diantaranya:
  1. Seorang bayi tidak akan memegang api untuk ke dua kalinya setelah ia memperoleh pengalaman memegangnya dan ia telah merasakan bahwa ternyata apa itu panas. Jadi pengetahuan bahwa api itu panas is peroleh secara langsung dari interaksi indra perabanya dengan api.
  2. Jeruk ditanam buahnya jeruk. Pengetahuan jenis ini sudah berguna bagi petani jeruk, bagi pedagang jeruk dan bagi seluruh manusia. Dan itu terbukti secara empirik karena teramati secara indra.
  3. Filsafat rata-rata penduduk jawa, yaitu memukul kentongan tatkala terjadi gerhana agar gerhana hilang. Hal ini dapat terbukti secara empirik, walaupun hal tersebut bukan ilmiyah.
  4. Contoh lain adalah penetapan ukuran berdasarkan pengamatan mata, misal, bintang itu kecil, bulan lebih besar, matahari lebih besar lagi.
  5. Seorang yang yakin ia akan sakit perut bila makan jeruk, karena berdasarkan pengalamannya ia sakit bila memakannya.















Bab III
KESIMPULAN
  1. Empirisisme adalah salah satu cabang filsafat ilmu yang bersumber dari pengalaman yang terindra. Paham empirisisme pengetahuannya masih bersifat umum karena belum terukur.
  2. Empirisisme beridekan bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata, untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi pengalaman.
  3. Menurut salah satu tokoh paham empirisisme Francis Bacon. Tulisan dan pemikirannya mempengaruhi metodologi sains yang menitik beratkan pada eksperimen, yang kemudian hari dikenal sebagai ‘Metode Bacon’. Tokoh yang lain adalah John Lucke, menurut beliau sumber pengetahuan ada dua: sensation dan reflection. Teori yang ia kemukakan adalah Semua jiwa manusia dilahirkan dalam keadaan putih bersih (tabula rasa) dan  pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang. Tokoh lainnya adalah David Hume Menurut David Hume pengetahuan berasal dari: Impressions dan Ideas.
  4. Dalam keseharian dijumpai banyak contoh penerapan paham empirisisme misalnya: bayi tidak akan memegang api untuk ke dua kalinya setelah ia merasakan bahwa ternyata apa itu panas. Contoh lain adalah penetapan ukuran berdasarkan pengamatan mata, misal, bintang itu kecil, bulan lebih besar, matahari lebih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA

          1. Buku
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Juhaya. S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika , Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum , Depok: RAJAWALI PERS, 2014.
Arif surahman, Kamus Istilah Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Matahari, 2012.
    1. Internet
http://seha-fib13.web.unair.ac.id
http://rennynataliaa.blogspot.co.id
https://id.wikipedia.org
http://www.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar